Derita Bayi Tanpa Anus Ditolak Rumah Sakit
K25-11 | Asep Candra | Jumat, 26 Agustus 2011 | 11:29 WIB
Dibaca: 1315
Komentar: 9
K25-11
Bayi berusia 23 hari yang diberi nama Nurmadina ini lahir tanpa lubang anus. Sang bayi hanya bisa mengeluarkan cairan kotoran dengan cara muntah
POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com — Seorang bayi di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, hidup dalam kondisi memprihatinkan. Bayi berusia 23 hari ini lahir tanpa lubang anus. Sang bayi hanya bisa mengeluarkan cairan kotoran dengan cara muntah.
Berharap anaknya bisa sembuh, orangtua bayi malang ini pun membawa anaknya ke rumah sakit umum daerah setempat. Sayangnya, bayi ini ditolak pihak rumah sakit rujukan di Sulbar ini karena alasan sarana dan fasilitas yang tidak tersedia.
Sungguh malang nasib Nurmadina, bayi berusia 23 hari yang terlahir tanpa lubang anus. Akibatnya, anak sulung pasangan Jamaluddin dan Rudiana ini sejak dilahirkan hingga kini tidak pernah buang air besar. Kondisi ini memperburuk kesehatan bayi malang tersebut.
Awalnya, Nurmadina terlahir secara normal. Bahkan, ibunya tidak pernah menyangka kalau bayinya tidak memiliki lubang anus. Hanya saja hingga hari ke-20 sejak ia lahir, Nurmadina tidak pernah sekal ipun buang air besar layaknya bayi normal. Sejak saat itulah, Rudiana baru mengetahui kalau bayinya tidak memiliki lubang anus.
"Saya bingung, anak saya sakit dan tak bisa buang air besar. Setiap hari hanya muntah mengeluarkan cairan kotoran lewat mulut," ujar Rudiana.
Khawatir dengan kondisi Nurmadina yang terus memburuk. Rudiana ditemani sejumlah kerabatnya, hari ini mendatangi rumah sakit rujukan terbesar di Sulawesi Barat untuk memeriksakan kondisi bayinya. Sayangnya, pihak rumah sakit menolak merawat Nurmadina dengan alasan tidak memiliki alat medis yang cukup. Padahal, rumah sakit Polewali adalah satu satunya rumah sakit rujukan terbesar di Sulawesi Barat.
Dokter spesialis bedah rumah sakit setempat, Ilham Bastiar, mengungkapkan, sedikitnya terdapat tiga tahapan operasi yang harus dijalani Nurmadina untuk dapat hidup normal. Hanya saja, rumah sakit umum daerah Polewali tidak memiliki alat operasi bedah yang lengkap. Sang dokter hanya menyarankan Nurmadina agar segera dirujuk ke Rumah Sakit Wahidin di Makassar untuk menjalani operasi.
"Kami tidak memiliki sarana operasi untuk menangani Nurmadina. Untuk bisa sembuh total, diperlukan tiga kali tahapan operasi hingga normal" ujar Ilham.
Kondisi Nurmadina dikhawatirkan memburuk jika tidak segera tertolong secepatnya. Untuk sementara, pihak rumah sakit hanya memberikan pertolongan sementara, yakni berupa saluran anus melalui hidung bayi malang tersebut. Orangtua Nurmadina yang seorang petani dan ibu rumah tangga kecil di Polewali ini hanya bisa pasrah melihat kondisi bayinya.
Jangankan membiayai operasi anaknya yang diperkirakan mencapai belasan juta rupaih. Untuk makan sehari-hari saja, orangtua Nurmadina terkadang harus mengutang ke tetangga.
Kartu Jamkesmas sebagai alat untuk memperoleh pengobatan gratis pun tidak dimiliki keluarga miskin ini. Hingga kini, Nurmadina hanya dirawat orangtuanya dengan pengobatan ala kadarnya di rumahnya di lingkungan Talolo, Kelurahan Mapilli, Kabupaten Polewali Mandar. Rudiana hanya bisa berharap Tuhan menggerakkan hati para dermawan yang berempati dengan kondisi malang yang dialami anaknya agar kelak bisa dioperasi dan bisa tumbuh normal seperti anak-anak lainnya.Berharap anaknya bisa sembuh, orangtua bayi malang ini pun membawa anaknya ke rumah sakit umum daerah setempat. Sayangnya, bayi ini ditolak pihak rumah sakit rujukan di Sulbar ini karena alasan sarana dan fasilitas yang tidak tersedia.
Sungguh malang nasib Nurmadina, bayi berusia 23 hari yang terlahir tanpa lubang anus. Akibatnya, anak sulung pasangan Jamaluddin dan Rudiana ini sejak dilahirkan hingga kini tidak pernah buang air besar. Kondisi ini memperburuk kesehatan bayi malang tersebut.
Awalnya, Nurmadina terlahir secara normal. Bahkan, ibunya tidak pernah menyangka kalau bayinya tidak memiliki lubang anus. Hanya saja hingga hari ke-20 sejak ia lahir, Nurmadina tidak pernah sekal ipun buang air besar layaknya bayi normal. Sejak saat itulah, Rudiana baru mengetahui kalau bayinya tidak memiliki lubang anus.
"Saya bingung, anak saya sakit dan tak bisa buang air besar. Setiap hari hanya muntah mengeluarkan cairan kotoran lewat mulut," ujar Rudiana.
Khawatir dengan kondisi Nurmadina yang terus memburuk. Rudiana ditemani sejumlah kerabatnya, hari ini mendatangi rumah sakit rujukan terbesar di Sulawesi Barat untuk memeriksakan kondisi bayinya. Sayangnya, pihak rumah sakit menolak merawat Nurmadina dengan alasan tidak memiliki alat medis yang cukup. Padahal, rumah sakit Polewali adalah satu satunya rumah sakit rujukan terbesar di Sulawesi Barat.
Dokter spesialis bedah rumah sakit setempat, Ilham Bastiar, mengungkapkan, sedikitnya terdapat tiga tahapan operasi yang harus dijalani Nurmadina untuk dapat hidup normal. Hanya saja, rumah sakit umum daerah Polewali tidak memiliki alat operasi bedah yang lengkap. Sang dokter hanya menyarankan Nurmadina agar segera dirujuk ke Rumah Sakit Wahidin di Makassar untuk menjalani operasi.
"Kami tidak memiliki sarana operasi untuk menangani Nurmadina. Untuk bisa sembuh total, diperlukan tiga kali tahapan operasi hingga normal" ujar Ilham.
Kondisi Nurmadina dikhawatirkan memburuk jika tidak segera tertolong secepatnya. Untuk sementara, pihak rumah sakit hanya memberikan pertolongan sementara, yakni berupa saluran anus melalui hidung bayi malang tersebut. Orangtua Nurmadina yang seorang petani dan ibu rumah tangga kecil di Polewali ini hanya bisa pasrah melihat kondisi bayinya.
Jangankan membiayai operasi anaknya yang diperkirakan mencapai belasan juta rupaih. Untuk makan sehari-hari saja, orangtua Nurmadina terkadang harus mengutang ke tetangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar