Minggu, 10 Juli 2011

kisah hidup Yngwie J Malmsteen



Yngwie Johan Malmsteen, siapa sih yang gak ngeh dengan nama itu, apalagi buat pencinta musik dan permainan gitar yang memukau. Sebenarnya, dia hanya seorang manusia biasa, sama biasanya dengan kita semua, tapi dengan talenta yang sangat hebat, khususnya maenin gitar dan tidak kalah dengan talenta yang dimiliki oleh Jimi Hendrix, yang ampe saat ini tenar sebagai pelopor permainan gitar modern. Oh ya, ada satu quote yang menarik yang di tempelin di website resmi-nya Yngwie Malmsteen, “The day Jimi Hendrix died, the guitar-playing Malmsteen was born“.


Yngwie Malmsteen lahir di Stockholm, Swedia, pada 30 Juni 1963. Anak bungsu dalam rumah tangga yang termasuk ibunya Rigmor, adik Ann Louise, dan saudara Bjorn, Yngwie awalnya tidak memiliki ketertarikan pada musik. Namun, pada 18 September 1970, Yngwie melihat sebuah acara spesial pada kematian ikonoklas gitar Jimi Hendrix. Tujuh tahun Yngwie mengawasi dengan kekaguman sebagai mengecam Hendrix luapan penonton dengan umpan balik dan mengorbankan gitar dalam api. Pada hari Jimi Hendrix meninggal, nafsu bermain gitar Yngwie lahir.


Pada awalnya Yngwie mencoba untuk mempelajari piano dan trumpet tetapi ia tidak dapat menguasai alat musik tersebut. Acoustic guitar (gitar bolong) yang dibeli oleh ibunya pada waktu dia berusia 5 tahun juga tidak disentuh Yngwie dan dibiarkan bergelantung di dinding.
 
Menerapkan intens-nya rasa ingin tahu dan keuletan untuk pertama Mosrite tua dan kemudian yang murah Stratocaster, Yngwie menenggelamkan diri dalam musik band-band seperti Deep Purple dan menghabiskan berjam-jam berlatih untuk belajar lagu-lagu mereka. Kekagumannya terhadap Ritchie Blackmore's klasik dipengaruhi bermain membawanya kembali ke sumber: Bach, Vivaldi, Beethoven, dan Mozart. Sebagai Yngwie menyerap struktur klasik empu, dengan gaya luar biasa mulai terbentuk. Pada usia 10, ia mulai memusatkan seluruh energinya ke dalam musik. Ibu dan saudara perempuannya, pemain suling yang berbakat, mengenali musik unik hadiah dan memberinya dukungan dan semangat. Penguasaan instrumen berkembang dengan cepat. Dalam awal remaja, Yngwie melihat kinerja televisi violinis Gideon Kremer Rusia, yang melakukan sangat sulit 24 Caprices abad ke-19 pemain biola virtuoso Niccolo Paganini. Efeknya mendalam, dan akhirnya Yngwie mengerti bagaimana untuk menggabungkan kecintaannya pada musik klasik dengan gitar berkembang keterampilan dan karisma di atas panggung.


Sampai akhirnya pada tgl 18 September 1970, Yngwie melihat sebuah acara spesial mengenai meninggalnya Jimi Hendrix. Di situ Yngwie yang masih 17 tahun tsb menyaksikan bagaimana Jimi Hendrix menghasilkan bunyi feedback guitar dan membakar gitarnya di depan penonton. Pada hari wafatnya Jimi Hendrix tsb lahirlah permainan gitar Yngwie.

Yngwie yang penasaran tersebut kemudian membeli sebuah Fender Stratocaster murah, mencoba memainkan tembangnya Deep Purple dan menghabiskan banyak waktu untuk mengetahui rahasia dari alat instrumen dan musiknya sendiri. Kekaguman Yngwie terhadap Ritchie Blackmore (gitaris Deep Purple) yang dipengaruhi oleh musik klasik dan kekaguman terhadap kakak perempuannya yang sering memainkan komposisi Bach, Vivaldi, Beethoven, dan Mozart, memberikan ide kepada Yngwie untuk menggabungkan musik klasik tersebut dengan musik rock. Yngwie terus bermain seharian penuh sampai tidurpun dia masih tetap bersama gitarnya.


Pada usia 10 tahun, Yngwie menggunakan nama kecil dari ibunya "Malmsteen", mengfokuskan seluruh energi dia dan berhenti bersekolah. Di sekolah Yngwie dikenal sebagai pembuat onar dan sering berantem, tetapi pintar dalam pelajaran bahasa Inggris dan seni. Ibunya yang menyadari bakat musiknya yang unik, mengizinkan Yngwie tinggal di rumah dengan rekaman dan gitarnya. Setelah menyaksikan violinis Gideon Kremer membawakan komposisi Paganini: 24 Caprices di televisi, Yngwie akhirnya mengetahui bagaimana cara mengawinkan musik klasik dengan skill permainan dan karismanya...

Yngwie dan beberapa temannya merekam 3 lagu demo dan dikirim ke studio rekaman CBS Swedia, tetapi rekaman tersebut tidak pernah digubris atau diedarkan. Oleh karena frustasinya, Yngwie menyadari bahwa dia harus meninggalkan Swedia dan mulai mengirimkan demo rekaman dia ke berbagai studio rekaman di luar negeri. Salah satu dari demo tape Yngwie ternyata jatuh ke tangan konstributor Guitar Player dan pemilik Shrapnel Records: Mike Varney. Akhirnya Yngwie mendapat undangan ke Los Angeles untuk bergabung dengan band terbaru Shrapnel: "Steeler" dan seterusnya yang disebut sebagai sejarahnya. Pada bulan February 1983 Yngwie berangkat dari Swedia ke Los Angeles dengan bekal keahlian dan gaya permainan barunya.

Selanjutnya permainan Yngwie dikenal dunia dengan permainannya yang sangat cepat di intro lagu "Hot On Your Heels". Yngwie kemudian pindah ke group band Alcatrazz, sebuah band yang bergaya "Rainbow" dan didirikan oleh penyanyi Graham Bonnett. Walaupun telah bergabung dengan Alcatrazz yang menampilkan sekian banyak solo hebat di lagu "Kree Nakoorie", "Jet to Jet," dan "Hiroshima Mon Amour", Yngwie masih merasa terlalu dibatasi oleh band itu sendiri. Akhirnya Yngwie berpikir bahwa hanya album sololah yang menjadi solusi terbaik.

Album solo pertama Yngwie: Rising Force (kini dinobatkan sebagai kitab musik rock Neo-Classical) berhasil memasuki nomor 60 di tangga Billboard charts untuk musik instrumental gitar tanpa berbau komersil. Album ini juga memenangkan nominasi Grammy untuk Instrumental Rock Terbaik. Tidak lama kemudian Yngwie terpilih sebagai Gitaris Pendatang Baru Terbaik di berbagai majalah dan media, Gitaris Terbaik Tahun Itu, dan Rising Force menjadi Album Terbaik untuk tahun itu juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar