Tidak semua pria sanggup menerima dengan tulus jika sang istri memiliki gaji yang lebih tinggi. Kalaupun mereka berusaha tidak mempermasalahkan kesenjangan tersebut, hal ini ternyata memengaruhi mereka secara psikis.
Penelitian terbaru dari Olin Business School, Washington University in St. Louis mendapati bahwa pria yang istrinya mempunyai penghasilan lebih tinggi cenderung memiliki masalah di tempat tidur. Kemungkinan mereka mengalami disfungsi ereksi (impotensi) lebih besar daripada pria yang gajinya lebih tinggi daripada istri.
Para peneliti yang bekerja sama dengan tim dari Denmark sebelumnya menganalisa lebih dari 200.000 pasangan menikah di Denmark selama kurun 1997-2006. Para istri yang penghasilannya lebih tinggi daripada suami juga cenderung menderita insomnia dan menjalani pengobatan untuk mengatasi kegelisahan.
Para peneliti yang bekerja sama dengan tim dari Denmark sebelumnya menganalisa lebih dari 200.000 pasangan menikah di Denmark selama kurun 1997-2006. Para istri yang penghasilannya lebih tinggi daripada suami juga cenderung menderita insomnia dan menjalani pengobatan untuk mengatasi kegelisahan.
Namun, efek samping ini tidak terlihat pada pasangan yang tidak menikah, atau pada pria-pria yang sebelum menikah gajinya lebih rendah (artinya, setelah menikah mereka memiliki gaji lebih besar), demikian menurut penelitian yang diterbitkan di buletinPersonality and Social Psychology ini.
Hasil penelitian ini sedikit berkaitan dengan studi yang pernah dilaporkan di jurnal Sex Roles tahun lalu. Patrick Coughlin dan Jay Wade dari Fordham University di Amerika ketika itu mengungkapkan, pria dengan nilai-nilai tradisional (di mana pria harus menjadi pencari nafkah) cenderung memiliki relasi yang lebih buruk jika pasangan mereka memiliki penghasilan lebih besar. Hal ini disebabkan, kesenjangan penghasilan menimbulkan ketegangan bagi mereka.
Hasil penelitian ini sedikit berkaitan dengan studi yang pernah dilaporkan di jurnal Sex Roles tahun lalu. Patrick Coughlin dan Jay Wade dari Fordham University di Amerika ketika itu mengungkapkan, pria dengan nilai-nilai tradisional (di mana pria harus menjadi pencari nafkah) cenderung memiliki relasi yang lebih buruk jika pasangan mereka memiliki penghasilan lebih besar. Hal ini disebabkan, kesenjangan penghasilan menimbulkan ketegangan bagi mereka.
Sebaliknya, pria-pria yang tidak terlalu mengagungkan nilai-nilai tradisional tidak begitu mementingkan perbedaan penghasilan dengan pasangan. Hasilnya, mereka memiliki relasi yang lebih baik dengan pasangannya.
Dalam survei secara online tersebut, kedua peneliti berusaha menilai keyakinan para pria mengenai maskulinitas, kualitas hubungan, dan pentingnya kesenjangan penghasilan di antara mereka dan pasangan mereka. Dari survei terhadap 47 pria ini didapati, semakin kuat keyakinan pria pada ideologi maskulinitas tradisional, semakin mungkin mereka melaporkan hubungan dengan kualitas yang rendah dengan pasangan, dan semakin banyak ia merasakan pentingnya perbedaan penghasilan.
rangga bahtera